Minggu, 30 Mei 2021

Kritik dan Esai Puisi Sajak Palsu Karya Agus R. Sarjono

Puisi merupakan suatu imajinasi yang diungkapakan oleh pengarangnya. Bagaimana seseorang tersebut menggambarkan suatu kejadian, bagaimana seseorang tersebut mengungkapkan segala isi hatinya, bagaimana seseorang tersebut melukiskan sosok dirinya, dan sebagainya. Sebagai contoh, Sajak Palsu karya Agus R. Sarjono. Penyair menyuguhkan salah satu realita yang terjadi di negeri ini melalui puisinya dengan memotret kehidupan masyarakat bangsa ini yang penuh kepura-puraan dan kepalsuan. Berikut adalah puisinya.

Sajak Palsu

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah 

dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar

sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di  akhir sekolah

mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka

yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah

mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian

dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu

dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru

dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan

nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah

demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir

sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,

ahli pertanian palsu, insinyur palsu.

Sebagian menjadi guru, ilmuwan

atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi

mereka  menghambur ke tengah pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebagai panglima

palsu. Mereka saksikan

ramainya perniagaan palsu dengan ekspor

dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan

berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus

dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga

pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri

yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga

dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka

uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu

sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis

yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam

nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu

meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan

gagasan-gagasan palsu di tengah seminar

dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya

demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring

dan palsu.

1998


Dari puisi di atas yang berjudul “Sajak Palsu” yang di tulis oleh Agus R. Sarjono. Pengarang menceritakan tentang kehidupan di negeri ini  yang penuh dengan kepalsuan atau kebohongan.  Puisi tersebut mengangkat potret kehidupan sosial kita yang serba palsu dan penuh kepura-puraan. Hal ini sering terjadi di kehidupan masyarakat saat ini. Sangat terlihat bahwa pemerintah bekerja dengan kepalsuan pencitraan kekuasaan, seolah untuk rakyat, namun realitanya kekuasaan didayagunakan hanya untuk diri dan kelompok sendiri.

Dalam puisi tersebut penyair menggambarkan dengan jelas bagaimana negeri ini berada dalam kegelapan karena dihuni oleh banyaknya kepalsuan yang berakibat fatal bagi bangsa Indonesia sendiri. Hal tersebut sangat berdampak buruk bagi generasi muda, sang pemegang kunci masa depan bangsa. Kalau generasi muda sering disuapi kenyataan hidup yang palsu, maka akan menjadi generasi penerus bangsa sebagai penggerak kehidupan negara yang tak dapat lepas dari kepalsuan, baik itu kehidupannya dimasa yang akan datang maupun sejarahnya pembentukannya. Akan tetapi, tentu saja kita tidak mau hidup dalam kebohongan hingga tidak ada satu pun orang yang bisa dipercayai. 

Dalam puisi "Sajak Palsu" Penyair menggunakan diksi yang mudah dipahami. Bentuk  puisi lebih kelihatan seperti sebuah karangan cerita tidak berupa bait yang terpisah-pisah. Penyair menyampaikan puisi ini bertujuan untuk menyindir dan mengingatkan kepada pengobral kepalsuan di negeri ini agar mereka bertobat menuju kejujuran.




Minggu, 23 Mei 2021

Kritik dan Esai Puisi Wiji Thukul

 Kritik dan Esai Puisi Wiji Thukul


                 PERINGATAN

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gasat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!


          Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu


Apa guna punya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

Berdiri gagah

Kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa

Rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu


Kritik dan Esai Puisi

Puisi "Peringatan" karya Wiji Thukul menggambarkan keadaan atau situasi yang terjadi negeri pada saat ini. Pengarang menggambarkan ketidakpedulian rakyat kepada pemerintah. Rakyat merasa kecewa dengan kebijakan pemerintah dan janji-janji pemerintah kepada rakyatnya. Hal ini juga dikarenakan mungkin banyak terjadi ketidakadilan yang dialami oleh rakyat sehingga ketika pemerintah menyampaikan sesuatu rakyat enggan mendengarkannya. Ini menggambarkan bahwa ketika penguasa memberikan pandangan rakyat sudah tidak lagi mendengarkannya. Selanjutnya pengarang memberikan peringatan Pengarang mencoba mengingatkan bahwa akan ada perlawanan dari rakyat kepada penguasa. Hal ini dikarenakan rakyat sudah putus asa dan bosan dengan kebijakan pemerintah.

Dalam puisi "Peringatan" pengarang juga mencoba menggambarkan bahwa kegelisahan rakyat rakyat itu tidak bisa diungkapkan secara terbuka, karena dianggap menentang pemerintah. Pengarang juga memberikan peringatan kepada pemerintah untuk berhati–hati membuat kebijakan. Pengarang menyampaikan peringatan kepada pemerintah untuk peka terhadap kondisi rakyat saat itu. Mendengar pendapat rakyat sehingga pemerintah tahu apa yang diinginkan rakyat.

Pada puisi "Peringatan" pengarang menggambarkan bahwa rakyat bayak yang berani mengeluarkan pendapat. Hal ini mungkin dikarenakan rakyat sudah bosan dan mulai berani berkeluh kesah secara terbuka. Perlawanan rakyat melalui pendapat dan kritikan akan dianggap pemerintah sebagai bentuk untuk menjatuhkan kekuasaan, sehingga segala usul pendapat dan kritikan dari rakyat serta apapun yang dianggap mengancam penguasa, akan dilawan oleh penguasa.

Puisi “Peringatan“ karya Wiji Thukul menggunakan makna dan bahasa yang tegas dan lebih menekankan kritik yang pedas dan mengecam pemerintahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika rakyat harus tunduk pada penguasa dan dilarang mengkritik apa- apa tentang pemerintahan sebab bila rakyat menyampaikan suaranya yang berupa kritikan maka akan dianggap melawan pemerintah. Untuk memperbaiki negeri ini, bukan saling tuduh ataupun saling mengkhianati satu sama lain, yang dibutuhkan adalah adanya keselarasan antara pemerintah dengan rakyatnya


Puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” pengarang mencoba menyampaikan puisi yang menyindir para penguasa dan pemerintahan. Dalam puisi tersebut memiliki makna bahwa sejatinya seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dalam kebaikan itu tidak ada gunanya sama sekali dan orang yang selalu membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah kesia-siaan.

Dalam puisi tersebut seperti disampaikan sebuah sindiran kepada sebagian penguasa pemerintahan yang masih suka berkomplot dengan orang-orang licik dengan tujuan yang tidak baik atau hanya menguntungkan dirinya sendiri. Sedangkan akibatnya adalah rakyat-rakyat yang tertindas dan tidak mendapat keadilan. Pengarang beharap bahwa para pejabat serta seseorang yang memiliki banyak uang dapat berlaku bijaksana terhadap setiap orang maupun masyarakat. Pengarang menyampaikan pesan kepada rakyat bahwa sebaiknya rakyat bisa memanfaatkan ilmu yang telah ia terima dengan sebaik mungkin.

Puisi ini memiliki makna yang sangat mendalam sesuai dengan kenyataan yang sedang kita alami saat ini. Pengarang menyampaikan pesan agar kita selalu memanfaatkan ilmu yang kita dapat pada hal-hal yang baik dan tidak merugikan orang lain. Kita harus menjadi orang yang bijak dalam memanfaatkan ilmu yang kita dapat.






Minggu, 16 Mei 2021

Kritik Dan Esai Puisi "Idul Fitri" Karya Sutardji Calzoum Bachri

Kritik Dan Esai Puisi "Idul Fitri" Karya Sutardji Calzoum Bachri


IDUL FITRI 

Karya Sutardji Calzoum Bachri


Lihat 

Pedang taubat ini menebas-nebas hati 

Dari masa lampau yang lalai dan sia-sia 

Telah kulaksanakan puasa Ramadhanku 

Telah kutegakkan shalat malam 

Telah kuuntai wirid tiap malam dan siang 

Telah kuhamparkan sajadahku 

Yang tak hanya nuju ka’bah

Tapi ikhlas mencapai hati dan darah 

Dan di malam Qadar aku pun menunggu 

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya 


Maka aku girang-girangkan hatiku 

Aku bilang: 

Tardji, rindu yang kau wudhukkan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang 

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu 

Takkan pernah melupa 

Takkan kulupa janjiNya 

Bagi yang merindu insya –Allah ka nada mustajab cinta 


Maka walau tak jumpa denganNya 

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini 

Semakin mendekatkan aku padaNya 

Dan semakin dekat 

Semakin terasa kesiasiaan pada usia lama yang lalai berlupa 


O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini 

Ngebut Di jalan lurus 

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir 

Tempat usai lalaiku menenggak arak di warung dunia 

Kini biarkan aku menenggak arak cahayaMu 

Di ujung sisa usia 


O usia lalai yang berkepanjangan 

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus 

Tuhan jangan Kau depakkan lagi aku di trotoir 

Tempat dulu aku menenggak arak di warung dunia 


Maka pagi ini 

Kukenakan zirah la ilaha illallah 

Aku pakai sepatu siratul mustaqiem 

Akupun lurus menuju lapangan tempat shalat ied

Aku bawa masjid dalam diriku 

Kuhamparkan di lapangan Kutegakkan shalat 

Dan kurayakan kelahiran kembali 

Di sana 

1987 


Kritik dan Esai

Puisi "Idul Fitri" menggambarkan bagaimana manusia berperoses mendekatkan diri dengan Tuhan. Pengarang mencoba mengungkapkan perjalanan spritual yang terjadi dalam kehidupan manusia. Hal ini dilakukan untuk membuka hati manusia dalam mendapatkan kebaikan Tuhan.

Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang kehidupan manusia yang menerima hidup dengan apa yang diberikan oleh Tuhan dan bersyukur dengan semua yang terjadi dalam kehidupan ini. Manusia menjalani hidup dengan ikhlas dan mengharapkan kebaikan dariTuhan. Hal ini terdapat dalam bait pertama dalam puisi "Idul Fitri" berikut ini.


Lihat 

Pedang taubat ini menebas-nebas hati 

Dari masa lampau yang lalai dan sia-sia 

Telah kulaksanakan puasa Ramadhanku 

Telah kutegakkan shalat malam 

Telah kuuntai wirid tiap malam dan siang 

Telah kuhamparkan sajadahku 

Yang tak hanya nuju ka’bah 

Tapi ikhlas mencapai hati dan darah 

Dan di malam Qadar aku pun menunggu 

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya 


Dalam bait pertama puisi "Idul Fitri menggambarkan bahwa manusia membersihkan dirinya dari dosa yang menjadi penyebab manusia jauh dari Tuhan. Manusia memohon ampun dari Tuhan dan suci dalam niat, jauh dari kemegahan, lurus hati dalam bertindak. Dalam hal ini manusia ikhlas dalam setiap pemberian Tuhan, karena dengan ikhlas kebaikan manusia menjadi pokok utama dan paling penting dalam berperilaku yang baik dihadapan Tuhan. Dengan melakukan kebaikan dalam hidup bisa membuat kita lebih meningkatkan keimanan kita kepada Tuhan, karena bahwasannya kita hidup di dunia hanya sementara, kenikmatan dan kebahagian di dunia itu sebenarnya datang dari Tuhan.

Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang bagaimana manusia merindukan kehadiran Tuhan. Dalam kehidupan ini, manusia pasti selalu dihadapakan dengan berbagai persoalan hidup, saat itulah kita membutuhkan bantuan Tuhan. Dalam mencintai Tuhan kita tidak boleh membutuhkan Tuhan hanya disaat kita susah, akan tetapi kita harus mencintai Tuhan setiap saat. Penggambaran tantang manusia merindukan kehadiran Tuhan terdapat dalam bait puisi "Idul Fitri" sebagai berikut.


Maka aku girang-girangkan hatiku 

Aku bilang: 

Tardji, rindu yang kau wudhukan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang 

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu 

Takkan kulupa janjiNya 

Bagi yang merindu insya-Allah kan ada mustajab cinta 


Dalam bait puisi tersebut mengandung makna bahwa manusia merindukan kehadiran Tuhan. Ketika cinta kepada Tuhan sudah tumbuh dalam hati manusia, maka dengan sendirinya ia akan berusaha keras untuk mengambil kesempatan yang ia miliki untuk mencintai dan berusaha menyatukan hatinya kepada Tuhan. Dengan demikian, kerinduan kepada Tuhan merupakan buah dari bagaimana cinta dalam hati seorang manusia. Tuhan begitu dekat dengan kita, dalam samar kerinduan manusia Tuhan pasti hadir ketika kita menyebut nama Tuhan dalam setiap kegiatan kita. 

Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang bagaimana manusia melakukan pemeriksaan diri atau tobat. Dalam kehidupan manusia kita pasti tidak luput dari dosa, oleh karena itu kita perlu melakukan tobat. Dengan tobat kita akan mendapatkan ampunan dari Tuhan. Hal ini terdapat dalam bait puisi "Idul Fitri" sebagai berikut.


Maka walau tak jumpa denganNya 

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini 

Semakin mendekatkan aku padaNya 

Dan semakin dekat 

Semakin terasa kesiasiaan pada usia lama yang lalai berlupa 


Dalam bait puisi tersebut mengandung makna bahwa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan kita perlu melakukan pemeriksaan diri atau tobat. Dengan begitu banyaknya dosa yang kita lakukan dalam hidup ini, maka kita harus taat beribadah. Ketaatan kita kepada Tuhan tidak hanya sebatas beribadah, karena untuk menghapus setiap kesalahan yang kita buat dibutuhkan kemulian hati yang bersih. Oleh karena itu,sekecil apa pun kesalahan yang kita buat segeralah bertobat, dengan cara membersihkan hati dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang kebaikan akan datang bagi orang yang telah bertobat. Hal ini digambarkan dalam bait puisi "Idul Fitri" berikut.


O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini 

Ngebut Di jalan lurus 

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir 

Tempat usai lalaiku menenggak arak di warung dunia 

Kini biarkan aku menenggak arak cahayaMu 

Di ujung sisa usia 


Dari bait tersebut mengandung makna bahawa dengan melaksanakan tobat yang sungguh-sunguh dan mengutamakan cinta kepada Tuhan, akan datang kebaikan dari Tuhan. Melalui pertobatan kita diajak menyadari keadaan diri kita agar bisa membangun relasi yang baik dengan diri sendiri, dengan sesama dan terutama dengan Tuhan. Betapa besarnya kebaikan-kebaikan Tuhan yang diberikan kepada kita, oleh karena itu kita harus membagi kebaikan kepada orang lain sebagai bentuk cinta kita kepada Tuhan. 

Dalam puisi “Idul Fitri” manusia diajak untuk meningkatkan keimanan atau ketuhanan. Namun, dalam puisi tersebut digambarkan juga bahwa ketuhanan seseorang dipertanyakan eksistensinya, sebagaimana terlukis dalam bait kelima berikut ini. 


O usia lalai yang berkepanjangan 

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus 

Tuhan jangan Kau depakkan alagi aku di trotoir 

Tempat dulu aku menenggak arak di warung dunia 


Dalam bait puisi tersebut mengandung makna bahwa setiap tindakan kita akan diperhitungkan nilai baik buruknya. Bila kita lebih banyak melakukan kebaikan, kita bersyukur dan berusaha meningkatkannya lagi, atau paling tidak mempertahankannya. Pemeriksaan diri berkaitan dengan upaya dalam menjaga kalbu, lidah, mata, dan segenap anggota badan agar terhindar dari perbuatan jelek sehingga akan terhindar dari api neraka. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi semua hal yang terlintas agar selalu berpikir positif. Setiap tindakan dan pikiran kita didasarkan pada dorongan ilahi dan bukan dorongan setan. 

Dalam puisi "Idul Fitri" digambarkan tentang ajaran ketuhanan, yaitu bagaimana manusia berproses menyempurnakan diri kepada Tuhan sebagai bentuk kesadaran akan cinta Tuhan. Hal ini digambarkan dalam bait puisi berikut.


Maka pagi ini 

Kukenakan zirah la ilaha illallah 

Aku pakai sepatu siratul mustaqiem 

Akupun lurus menuju lapangan tempat shalat ied

Aku bawa masjid dalam diriku 

Kuhamparkan di lapangan Kutegakkan shalat 

Dan kurayakan kelahiran kembali 

Di sana 

1987 


Dari bait tersebut mengandung makna bahwa manusia menyadari dan memiliki dorangan kuat untuk mencari Tuhan. Dalam hal, kita sepenuhnya percaya bahwa dengan menyerahkan diri kepada Tuhan, maka kita akan mendapat cinta Tuhan yang sesungguhnya.


Puisi "Idul Fitri" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan tentang ketuhanan. Dalam puisi tersebut kita disadarkan bahwa memeriksa diri ata tobat sangatlah penting dalam proses penyatuan diri kepada Tuhan. Puisi "Idul Fitri" karya Sutardji Calzoum Bachri sangat relevan dengan kehidupan manusia saat ini. Hal ini digambarkan dalam puisi tentang bagaimana manusia merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Jumat, 07 Mei 2021

Kritik dan Esai Puisi "Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga" Karya Mashuri

 

Kritik dan Esai Puisi "Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga" Karya Mashuri

Hantu Kolam

: plung!
di gigir kolam
serupa serdadu lari dari perang
tampangku membayang rumpang

mataku berenang
bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap
koral di dasar yang separuh hitam
dan gelap
kak ada kecipak yang bangkitkan getar
dada, menapak jejak luka yang sama
di medan lama

segalanya dingin, serupa musim yang dicerai
matahari
aku terkubur sendiri di bawah timbunan
rembulan
segalanya tertemali sunyi
mungkin...

"plung!"

aku pernah mendengar suara itu
tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu
yang jatuh
karena kini kolom tak beriak
aku hanya melihat wajah sendiri, berserak

Bayuwangi, 2012-12-03



Hantu Musim


aku hanya musim yang dikirim rebah hutan
kenangan - memungut berbuah, dedaunan, juga
unggas - yang pernah mampir di pinggir semi
semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut
pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata
itu tak lebih hanya mengenal kembali peta
lama, yang pernah tergurat berjuta masa

bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular
sawah hasratku, yang bergetar oleh percumbuan
yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang
pertama atau yang seribu, karena di situ, aku mampu
mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh

di situ, aku panas, sekaligus dingin
sebagaimana unggas yang pernah kita lihat
di telaga, tetapi bayangannya selalu
mengirimkan warna sayu, kelabu
dan kita selalu ingin mengunag-ulangnya
dengan atau tanpa cerita tentang musim
yang terus berganti...

Mangelang, 2012



Hantu Dermaga


mimpi, puisi dan dongeng
yang terwarta dari pintumu
memanjang di buritan
kisah itu tak sekedar mantram
dalihmu tak sekedar bersandar bukan gerak lingkar
ia serupa pendulum
yang dikulum cenayang
dermaga
ia hanya titik imaji
dari hujan yang berhenti
serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal
tertambat di terminal awal

tapi ritusmu bukan jadwal hari ini
dalam kematian, mungkin kelahiran
kedua
segalanya mengambang
bak hujan yang kembali
meski pantai
telah berpindah dan waktu pergi
menjaring darah kembali

Sidoarjo, 2012



Kritik dan Esai Puisi Karya Mashuri

Puisi "Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga" karya Mashuri menggambarkan kondisi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pengarang menunjukkan bahwa realita kehidupan yang ada tidak bisa diurai dan dipahami lagi, karena kegelapan peristiwa yang ada tidak menemukan jawaban yang pasti.Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan kata "hantu" dari setiap judul puisi tersebut. Kata hantu merujuk pada sosok yang kasat mata, tidak dapat dilihat dengan jelas.

Puisi "hantu Kolam" menggambarkan kehidupan manusia yang seringkali dihadapkan dengan masalah hidup yang tidak bisa lepas dari pengaruh masa lalu. Hal ini dapat dilihat pada bait puisi berikut.

: plung!
di gigir kolam
serupa serdadu lari dari perang
tampangku membayang rumpang

Dari bait tersebut pengarang menggambarkan kehidupan manusia yang belum lepas dari kehidupan masa lalu yang terus menghantui pikirannya. Manusia selalu memikirkan sesuatu yang terjadi dengan kehidupannya. Hal ini sering terjadi dalam setiap manusia untuk mencoba memahami situasi kehidupan yang dialami di kehidupan masa lalu maupaun yang sedang terjadi.

mataku berenang
bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap
koral di dasar yang separuh hitam
dan gelap
kak ada kecipak yang bangkitkan getar
dada, menapak jejak luka yang sama
di medan lama

Dari bait tersebut mengandung makna mengenai kondisi kehidupan manusia yang selalu berhadapan dengan kegelapan atau tidak dalam kondisi yang baik. Hal ini juga masih sama seperti yang terjadi dimasa lalu. Dalam kehidupan, kita sering dihadapakan dengan situasi buruk yang membawa kita kembali ke masa lalu yang pernah merusak hidup kita.

segalanya dingin, serupa musim yang dicerai
matahari
aku terkubur sendiri di bawah timbunan
rembulan
segalanya tertemali sunyi
mungkin...

Dari bait tersebut mengandung makna bahwa sesuatu yang menganggu kehidupan kita akan membuat hidup kita tidak tenang. Masalah memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Hal ini membuat kita stres dan sulit untuk mencari solusi yang baik untuk menghadapi sebuah masalah.

"plung!"

aku pernah mendengar suara itu
tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu
yang jatuh
karena kini kolom tak beriak
aku hanya melihat wajah sendiri, berserak

Dari bait tersebut mengandung makna bahwa dalam kehidupan manusia kita pasti memliki sesuatu yang merusak kehidupan kita atau kita belum menemukan jawaban atas apa yang kita cari. Sampai akhirnya kita putus asa dan menjadikan kehidupan masa lalu sebagai kenangan yang pahit. Seperti halnya hantu yang selalu berada dalam gelap yang tidak bisa dilihat, namun terkadang hanya dapat melihat bayangannya saja.


Puisi kedua "Hantu Musim" menggambarkan kondisi kehidupan manusia yang tidak pasti. Kita tidak bisa menebak apa yang terjadi pada masa depan karena dalam kenyataannya kehidupan selalu berubah-ubah. Berikut adalah makna yang terkandung dalam puisi "Hantu Musim" karya Mashuri.

aku hanya musim yang dikirim rebah hutan
kenangan - memungut berbuah, dedaunan, juga
unggas - yang pernah mampir di pinggir semi
semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut
pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata
itu tak lebih hanya mengenal kembali peta
lama, yang pernah tergurat berjuta masa

Pada bait tersebut mengandung makna bahwa sesuatu yang ada dalam kehidupan kita seiring waktu akan berubah atau belum pasti terjadi sesuai dengan rencana. Dalam kehidupan manusia kita seringkali merencanakan sesuatu yang luar biasa, namun pada akhirnya hasilnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Sesuatu yang kita perjuangkan dalam hidup kepastian akhirnya belum kita ketahui dan juga berhasil atau tidaknya. Akan tetapi, keberhasilan akan datang dari usaha yang kita lakukan dari waktu ke waktu.

bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular
sawah hasratku, yang bergetar oleh percumbuan
yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang
pertama atau yang seribu, karena di situ, aku mampu
mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh

Pada bait tersebut mengandung makna bahwa dalam menjalani proses kehidupan sangat penting kita sebagai manusia menanamkan sesuatu yang baik kepada orang lain. Karena dalam kehidupan sekarang berbuat baik kepada orang lain akan membawa kita ke kehidupan yang lebih baik lagi. Semakin banyak kita berbuat baik maka semakin banyak orang yang suka dengan kita. Meskipun dalam hidup selalu memberi ketidakpastian, namun kita meyakini bahwa kebaikan akan berbalas kebaikan.
di situ, aku panas, sekaligus dingin
sebagaimana unggas yang pernah kita lihat
di telaga, tetapi bayangannya selalu
mengirimkan warna sayu, kelabu
dan kita selalu ingin mengunag-ulangnya
dengan atau tanpa cerita tentang musim
yang terus berganti...

Pada bait tersebut mengandung makna bahwa sesuatu yang kita jalani dalam hidup ini selalu dihadapakan dengan begitu banyak situasi yang tidak pasti. Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi pada esok hari dengan pasti. Bahkan setiap waktu segala sesuatu bisa berubah total. Sudah banyak terjadi dalam kehidupan manusia, dimana orang kaya sekejab menjadi miskin. Semua hal yang berubah bisa terjadi tanapa dapat kita duga. Bahkan banyak peristiwa dalam kehidupan manusia seringkali tidak masuk logika.


Puisi "Hantu Dermaga" menggambarkan kehidupan manusia yang dihadapkan dengan ketidakpastian. Hal ini dapat dilihat dalam bait puisi berikut.

mimpi, puisi dan dongeng
yang terwarta dari pintumu
memanjang di buritan
kisah itu tak sekedar mantram
dalihmu tak sekedar bersandar bukan gerak lingkar
ia serupa pendulum
yang dikulum cenayang
dermaga
ia hanya titik imaji
dari hujan yang berhenti
serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal
tertambat di terminal awal

Dari bait tersebut mengandung makna bahwa dalam menjalani proses kehidupan setiap orang memiliki tujuan hidup sebagai identitas diri yang kuat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Manusia bukan hanya sekedar hidup dan menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin, akan tetapi harus memiliki manfaat dan melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan hidup. Namun dalam kehiduan manusia seringkali kita menemukan ketidakpastian yang akan menghancurkan rencana hidup kita.



tapi ritusmu bukan jadwal hari ini
dalam kematian, mungkin kelahiran
kedua
segalanya mengambang
bak hujan yang kembali
meski pantai
telah berpindah dan waktu pergi
menjaring darah kembali

Bait tersebut mengandung makna bahwa kehidupan kita seperti bergerak ke arah yang tidak menentu. Banyak persitiwa kehidupan yang membuat kita takut dan khawatir dengan ketidakpastian yang ada. Bahkan ketidakpastian membuat kita tidak nyaman karena kita merasa kehilangan kendali atas hidup. Pada dasarnya kita memang bereaksi terhadap ketidakpastian karena selalu berhubungan dengan proses kehidupan yang selalu berubah-ubah.


Puisi "Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga" karya Mashuri menggambarkan kondisi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pengarang menunjukkan bahwa realita kehidupan yang ada tidak bisa diurai dan dipahami lagi, karena kegelapan peristiwa yang ada tidak menemukan jawaban yang pasti. Puisi Mashuri bisa menggambarkan betapa dasyatnya perubahan sosial yang tidak bisa disiasati. Manusia tidak bisa memahami sebuah realita kehidupan tanpa ada sesuatu yang bisa diyakini. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan kata "hantu" dari setiap judul puisi tersebut. Kata hantu merujuk pada sosok yang kasat mata, tidak dapat dilihat dengan jelas.



Kritik dan Esai Lima Cerita Pendek

Judul cerita pendek yang akan dibahas yaitu; "Sorot Mata Syaila", "Sepatu Jinjit Aryanti", "Bambi dan Perempuan Ber...