Kritik Dan Esai Puisi "Idul Fitri" Karya Sutardji Calzoum Bachri
IDUL FITRI
Karya Sutardji Calzoum Bachri
Lihat
Pedang taubat ini menebas-nebas hati
Dari masa lampau yang lalai dan sia-sia
Telah kulaksanakan puasa Ramadhanku
Telah kutegakkan shalat malam
Telah kuuntai wirid tiap malam dan siang
Telah kuhamparkan sajadahku
Yang tak hanya nuju ka’bah
Tapi ikhlas mencapai hati dan darah
Dan di malam Qadar aku pun menunggu
Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya
Maka aku girang-girangkan hatiku
Aku bilang:
Tardji, rindu yang kau wudhukkan setiap malam
Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang
Namun si bandel Tardji ini sekali merindu
Takkan pernah melupa
Takkan kulupa janjiNya
Bagi yang merindu insya –Allah ka nada mustajab cinta
Maka walau tak jumpa denganNya
Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini
Semakin mendekatkan aku padaNya
Dan semakin dekat
Semakin terasa kesiasiaan pada usia lama yang lalai berlupa
O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini
Ngebut Di jalan lurus
Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir
Tempat usai lalaiku menenggak arak di warung dunia
Kini biarkan aku menenggak arak cahayaMu
Di ujung sisa usia
O usia lalai yang berkepanjangan
Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus
Tuhan jangan Kau depakkan lagi aku di trotoir
Tempat dulu aku menenggak arak di warung dunia
Maka pagi ini
Kukenakan zirah la ilaha illallah
Aku pakai sepatu siratul mustaqiem
Akupun lurus menuju lapangan tempat shalat ied
Aku bawa masjid dalam diriku
Kuhamparkan di lapangan Kutegakkan shalat
Dan kurayakan kelahiran kembali
Di sana
1987
Kritik dan Esai
Puisi "Idul Fitri" menggambarkan bagaimana manusia berperoses mendekatkan diri dengan Tuhan. Pengarang mencoba mengungkapkan perjalanan spritual yang terjadi dalam kehidupan manusia. Hal ini dilakukan untuk membuka hati manusia dalam mendapatkan kebaikan Tuhan.
Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang kehidupan manusia yang menerima hidup dengan apa yang diberikan oleh Tuhan dan bersyukur dengan semua yang terjadi dalam kehidupan ini. Manusia menjalani hidup dengan ikhlas dan mengharapkan kebaikan dariTuhan. Hal ini terdapat dalam bait pertama dalam puisi "Idul Fitri" berikut ini.
Lihat
Pedang taubat ini menebas-nebas hati
Dari masa lampau yang lalai dan sia-sia
Telah kulaksanakan puasa Ramadhanku
Telah kutegakkan shalat malam
Telah kuuntai wirid tiap malam dan siang
Telah kuhamparkan sajadahku
Yang tak hanya nuju ka’bah
Tapi ikhlas mencapai hati dan darah
Dan di malam Qadar aku pun menunggu
Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya
Dalam bait pertama puisi "Idul Fitri menggambarkan bahwa manusia membersihkan dirinya dari dosa yang menjadi penyebab manusia jauh dari Tuhan. Manusia memohon ampun dari Tuhan dan suci dalam niat, jauh dari kemegahan, lurus hati dalam bertindak. Dalam hal ini manusia ikhlas dalam setiap pemberian Tuhan, karena dengan ikhlas kebaikan manusia menjadi pokok utama dan paling penting dalam berperilaku yang baik dihadapan Tuhan. Dengan melakukan kebaikan dalam hidup bisa membuat kita lebih meningkatkan keimanan kita kepada Tuhan, karena bahwasannya kita hidup di dunia hanya sementara, kenikmatan dan kebahagian di dunia itu sebenarnya datang dari Tuhan.
Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang bagaimana manusia merindukan kehadiran Tuhan. Dalam kehidupan ini, manusia pasti selalu dihadapakan dengan berbagai persoalan hidup, saat itulah kita membutuhkan bantuan Tuhan. Dalam mencintai Tuhan kita tidak boleh membutuhkan Tuhan hanya disaat kita susah, akan tetapi kita harus mencintai Tuhan setiap saat. Penggambaran tantang manusia merindukan kehadiran Tuhan terdapat dalam bait puisi "Idul Fitri" sebagai berikut.
Maka aku girang-girangkan hatiku
Aku bilang:
Tardji, rindu yang kau wudhukan setiap malam
Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang
Namun si bandel Tardji ini sekali merindu
Takkan kulupa janjiNya
Bagi yang merindu insya-Allah kan ada mustajab cinta
Dalam bait puisi tersebut mengandung makna bahwa manusia merindukan kehadiran Tuhan. Ketika cinta kepada Tuhan sudah tumbuh dalam hati manusia, maka dengan sendirinya ia akan berusaha keras untuk mengambil kesempatan yang ia miliki untuk mencintai dan berusaha menyatukan hatinya kepada Tuhan. Dengan demikian, kerinduan kepada Tuhan merupakan buah dari bagaimana cinta dalam hati seorang manusia. Tuhan begitu dekat dengan kita, dalam samar kerinduan manusia Tuhan pasti hadir ketika kita menyebut nama Tuhan dalam setiap kegiatan kita.
Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang bagaimana manusia melakukan pemeriksaan diri atau tobat. Dalam kehidupan manusia kita pasti tidak luput dari dosa, oleh karena itu kita perlu melakukan tobat. Dengan tobat kita akan mendapatkan ampunan dari Tuhan. Hal ini terdapat dalam bait puisi "Idul Fitri" sebagai berikut.
Maka walau tak jumpa denganNya
Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini
Semakin mendekatkan aku padaNya
Dan semakin dekat
Semakin terasa kesiasiaan pada usia lama yang lalai berlupa
Dalam bait puisi tersebut mengandung makna bahwa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan kita perlu melakukan pemeriksaan diri atau tobat. Dengan begitu banyaknya dosa yang kita lakukan dalam hidup ini, maka kita harus taat beribadah. Ketaatan kita kepada Tuhan tidak hanya sebatas beribadah, karena untuk menghapus setiap kesalahan yang kita buat dibutuhkan kemulian hati yang bersih. Oleh karena itu,sekecil apa pun kesalahan yang kita buat segeralah bertobat, dengan cara membersihkan hati dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Puisi "Idul Fitri" menggambarkan tentang kebaikan akan datang bagi orang yang telah bertobat. Hal ini digambarkan dalam bait puisi "Idul Fitri" berikut.
O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini
Ngebut Di jalan lurus
Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir
Tempat usai lalaiku menenggak arak di warung dunia
Kini biarkan aku menenggak arak cahayaMu
Di ujung sisa usia
Dari bait tersebut mengandung makna bahawa dengan melaksanakan tobat yang sungguh-sunguh dan mengutamakan cinta kepada Tuhan, akan datang kebaikan dari Tuhan. Melalui pertobatan kita diajak menyadari keadaan diri kita agar bisa membangun relasi yang baik dengan diri sendiri, dengan sesama dan terutama dengan Tuhan. Betapa besarnya kebaikan-kebaikan Tuhan yang diberikan kepada kita, oleh karena itu kita harus membagi kebaikan kepada orang lain sebagai bentuk cinta kita kepada Tuhan.
Dalam puisi “Idul Fitri” manusia diajak untuk meningkatkan keimanan atau ketuhanan. Namun, dalam puisi tersebut digambarkan juga bahwa ketuhanan seseorang dipertanyakan eksistensinya, sebagaimana terlukis dalam bait kelima berikut ini.
O usia lalai yang berkepanjangan
Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus
Tuhan jangan Kau depakkan alagi aku di trotoir
Tempat dulu aku menenggak arak di warung dunia
Dalam bait puisi tersebut mengandung makna bahwa setiap tindakan kita akan diperhitungkan nilai baik buruknya. Bila kita lebih banyak melakukan kebaikan, kita bersyukur dan berusaha meningkatkannya lagi, atau paling tidak mempertahankannya. Pemeriksaan diri berkaitan dengan upaya dalam menjaga kalbu, lidah, mata, dan segenap anggota badan agar terhindar dari perbuatan jelek sehingga akan terhindar dari api neraka. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi semua hal yang terlintas agar selalu berpikir positif. Setiap tindakan dan pikiran kita didasarkan pada dorongan ilahi dan bukan dorongan setan.
Dalam puisi "Idul Fitri" digambarkan tentang ajaran ketuhanan, yaitu bagaimana manusia berproses menyempurnakan diri kepada Tuhan sebagai bentuk kesadaran akan cinta Tuhan. Hal ini digambarkan dalam bait puisi berikut.
Maka pagi ini
Kukenakan zirah la ilaha illallah
Aku pakai sepatu siratul mustaqiem
Akupun lurus menuju lapangan tempat shalat ied
Aku bawa masjid dalam diriku
Kuhamparkan di lapangan Kutegakkan shalat
Dan kurayakan kelahiran kembali
Di sana
1987
Dari bait tersebut mengandung makna bahwa manusia menyadari dan memiliki dorangan kuat untuk mencari Tuhan. Dalam hal, kita sepenuhnya percaya bahwa dengan menyerahkan diri kepada Tuhan, maka kita akan mendapat cinta Tuhan yang sesungguhnya.
Puisi "Idul Fitri" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan tentang ketuhanan. Dalam puisi tersebut kita disadarkan bahwa memeriksa diri ata tobat sangatlah penting dalam proses penyatuan diri kepada Tuhan. Puisi "Idul Fitri" karya Sutardji Calzoum Bachri sangat relevan dengan kehidupan manusia saat ini. Hal ini digambarkan dalam puisi tentang bagaimana manusia merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.