Kritik dan Esai Sastra cerpen “Ada Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah” Karya M.Shoim Anwar
Sastra merupakan tiruan atau pemaduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang, atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari suatu kenyataaan. Dalam cerpen Cerpen “Ada Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah” Karya M.Shoim Anwar menceritakan tentang kehidupan maasyarakat sekarang. Cerpen ini digambarkan tenang kehidupan masyarakat yang suka bergosip tentang kehidupan orang lain baik yang buruk ataupun yang baik selalu menjadi bahan untuk diperbincangkan mereka. Cerpen Cerpen “Ada Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah” Karya M.Shoim Anwar ini diambil dari kehidupan nyata bahwa banyak masyarakat yang masih menggosipkan tentang kehidupan orang lain sebagai bahan obrolan antar masyarakat. Terbukti dari kutipan cerpen berikut ini:
“Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti. Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.”
Dalam kutipan tersebut menggambarkan bagaimana masyarakat sekarang yang suka membicarakan tentang kehidupan orang lain. Dalam kehidupan nyata banyak orang yang membicarakan orang lain banyak diantaranya adalah perbuatan yang baik mereka yang berbicara mempunyai maksud untuk memberitahukan kepada orang lain agar mengetahui aib orang terebut, tak jarang apa yang dibicarakan tidak benar adanya.
“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri.
“Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak.
“Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”
Dalam kutipan tersebut menggambarkan dimana mereka membicarakan istri dari pak Lurah dimana yang mereka bicarakan adalah istri pak Lurah yang memiliki kedekatan dengan bos proyek saat pak Lurah sedang bekerja. Dalam kehidupan nyata banyak warga yang senang dengan bergunjing dari mulut kemulut tanpa melihat kebenaran yang ada yang mereka pikirkan hanyalah keburukan dari orang lain tanpa mengolahnya terlebih dahulu.
“Pak Lurah telah menceraikan istrinya yang pertama. Ini istri kedua. Andai tetap dengan Bu Lurah yang dulu, tak akan tersiar kabar kayak begini.”
“Bisa jadi berita itu datangnya dari suaminya yang dulu.”
“Lo, Bu Lurah yang sekarang itu masih perawan. Selisih umurnya katanya dua puluh tahun,” istriku menegaskan sambil menyambut Laela yang baru pulang sekolah”.
Dalam kutipan tersebut menggambarkan dimana istri kedua pak lurah dianggap sebagai wanita yang tidak baik oleh mereka yang bergosip, banyak yang menyangka bahwa cerainya pak Lurah dengan istri yang pertama akibat ulah dari istri kedua. Tidak hanya disitu saja mereka juga membicarakan tentang tahi lalat yang ada di dada istri pak Lurah. Bergosip sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging bagi warga. Didunia nyatapun juga seperti itu, banyak masyarakat yang hobi bergosip tentang orang lain.
Dalam cerpen tersebut juga digambarkan bahwa sosok seorang pejabat yang memiliki sifat serakah yaitu pak Lurah. Demi mendapatkan banyak uang untuk keuntungan pribadinya. Bahkan dia memanfaatkan orang miskin untuk meraup keuntungan pribadi dengan membodohi mereka supaya mereka menjual tanahnya. Dalam kehidupan sekarang pun masih ada masyarakat yang menipu orang lain demi keuntungannya semata. Itu juga ada didalam kutipan cerpen sebagai berikut:
“ “Bilang sama Pak Lurah,” aku melanjutkan, “mestinya kehidupan kami diperbaiki agar makmur. Diciptakan lapangan kerja baru. Bukan mengancam agar rakyat menjual tanahnya kayak kompeni.”
“Kalau ada perumahan, pasti warga dapat kesempatan kerja.”
“Jadi kuli dan babu!” aku menyergah.”
Dalam cerpen ini pun warga masih membicarakan orang lain tanpa melihat sikon terlebih dahulu dimana mereka tidak menyerap informasi apakah itu benar adanya, yang mereka tahu hanyalah bergosip. Dalam kutipan cerpen menunjukan bahwa saat bergosipun mereka tidak melihat sekeliling apakah ada orang lain yang mendengar contohnya saja pada cerpen, ada anak dari mereka yang mendengar percakapan itu. Perlu diingat bahwa pada usia anak-anak, anak akan menyerap dan mempelajari apa yang dia dengar dan dia lihat jadi sebaiknya orang tua harus waspada bahkan berhati-hati saat membicarakan sesuatu. Kutipan cerpen berikut :
“Haaa…??!!!” aku heran dan terhenyak. Istriku juga tampak terbengong-bengong. Kami saling memandang. Tak bicara apa-apa. Entah bagaimana ceritanya Laela tiba-tiba menunjukkan gambar perempuan yang bertahi lalat di dadanya. Persis gunjingan yang hari-hari ini kami dengar.
“Ini tahi lalat di dada istri Pak Lurah…” kembali anakku menuding gambar yang telah dibuatnya. Kami hanya tersenyum. Kecut dan heran”.
Dapat disimpulakan bahwa bergosip sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat baik dalam kehidupan nyata maupun dalam cerpen yang berjudul “Ada Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah” Karya M. Shoim Anwar. Dengan membicarakan keburukan maupun kebaik orang lain itu tidak baik adanya apalagi sampai menimbulkan masalah dan kesalah pahaman. Sebaiknya kebiasaan buruk tentang bergosip dihilangkan karena bisa membuat masalah muncul antaranya kesalahpahaman, perdebatan dan perkelahian. Masyarakat saat ini harus waspada dengan pikiran mereka sendiri maupun dengan mulut mereka karena ada pepatah mulutmu harimaumu dimana dari mulut banyak menyebabkan masalah kalau yang dikeluarkan merupakan kata-kata yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar